Sebanyak 15 benda dipamerkan dalam pameran replika mumi Firaun
di Istora Senayan. Berpindah-pindah tempat rupanya menjadi tantangan
sendiri bagi penyelenggara untuk menjaga seluruh barang tetap dalam
kondisi bagus.
"Untuk berpindah pulau, kita pakai ekspedisi khusus tapi kalau dalam 1 pulau kita sewa truk untuk mengangkut barang-barang," kata penanggung jawab pameran, Didi Juliardi, di lokasi pameran, Istora Senayan, Jakpus, Sabtu (28/2/2015).
Ia mengatakan untuk merawat replika-replika tersebut juga gampang-gampang susah. Perlakuan khusus diberikan pada Replika Firaun yang ukurannya mencapai 1,75 meter. Replika ini sengaja dibuat sama dengan ukuran mumi aslinya yang saat ini berada di Mesir.
"Kita bersihkan dengan cairan khusus," ujar Didi soal cara membersihkan Replika mumi Firaunnya.
Replika ini seluruhnya dibuat di Indonesia. Melalui berbagai literatur bahkan langsung melihat di Mesir, pengelola berusaha membuatnya sangat mirip dengan aslinya.
Sejak 2008 Didi sudah berkeliling ke banyak tempat untuk memamerkan replika-replika itu. Setidaknya dibutuhkan waktu 2 minggu untuk menyiapkan pameran mulai dari menyiapkan tempat hingga menata lokasi pameran. Begitu pun saat selesai pameran.
"Untuk mengangkut semuanya butuh waktu sekitar 2 minggu karena semuanya harus diangkut dengan hati-hati," kata dia.
Agar tetap aman dari guncangan, replika ini dimasukkan dalam peti kayu yang sangat kuat. Peti-peti ini juga yang dijadikan dudukan replika saat pameran. Agar tak diutak-atik pengunjung, semua barang pameran ditutup dengan boks yang terbuat dari kaca.
Satu-satunya yang terbuka dan boleh dijamah pengunjung, yakni peti sarkofagus mumi Firaun. Hal ini karena peti ini sekalian dijadikan objek berfoto para pengunjunng.
Seluruh replika ini milik seorang pengusaha. Pengusaha tersebut, dikatakan Didi, memilih menggelontorkan uang yang tak sedikit untuk pameran itu sebagai cara untuk mensyiarkan sejarah agama Islam untuk anak-anak. Selain ini, pengusaha itu juga membentuk tim dan melakukan pameran pedang Nabi di kota-kota di Indonesia.
"Owner memilih syiar dengan pameran karena anak-anak bisa lebih mudah mengerti dan lebih tertarik dengan pameran daripada membaca buku dalam waktu lama," ucapnya.
Namun, di pameran ini tak disediakan tourguide yang akan membimbing pengunjung tentang barang-barang yang dipamerkan. Hanya ada sebuah banner yang diletakkan di samping replika yang menjelaskan sejarah barang yang berkaitan.
"Kita sengaja tidak menyediakan tourguide dengan harapan pengunjung akan tergerak untuk membaca literaturnya. Tidak hanya mendengar orang tapi merangsang anak-anak membaca," lanjutnya.
Berkeliling kota bahkan lintas pulau diakui Didi bukan pekerjaan yang mudah. Namun, semua peluhnya seakan terbayar dengan banyaknya pengunjung yang datang saat pameran dibuka.
"Pameran ini memang untuk edukasi dan syiar agama," pungkasnya.
SUMBER
"Untuk berpindah pulau, kita pakai ekspedisi khusus tapi kalau dalam 1 pulau kita sewa truk untuk mengangkut barang-barang," kata penanggung jawab pameran, Didi Juliardi, di lokasi pameran, Istora Senayan, Jakpus, Sabtu (28/2/2015).
Ia mengatakan untuk merawat replika-replika tersebut juga gampang-gampang susah. Perlakuan khusus diberikan pada Replika Firaun yang ukurannya mencapai 1,75 meter. Replika ini sengaja dibuat sama dengan ukuran mumi aslinya yang saat ini berada di Mesir.
"Kita bersihkan dengan cairan khusus," ujar Didi soal cara membersihkan Replika mumi Firaunnya.
Replika ini seluruhnya dibuat di Indonesia. Melalui berbagai literatur bahkan langsung melihat di Mesir, pengelola berusaha membuatnya sangat mirip dengan aslinya.
Sejak 2008 Didi sudah berkeliling ke banyak tempat untuk memamerkan replika-replika itu. Setidaknya dibutuhkan waktu 2 minggu untuk menyiapkan pameran mulai dari menyiapkan tempat hingga menata lokasi pameran. Begitu pun saat selesai pameran.
"Untuk mengangkut semuanya butuh waktu sekitar 2 minggu karena semuanya harus diangkut dengan hati-hati," kata dia.
Agar tetap aman dari guncangan, replika ini dimasukkan dalam peti kayu yang sangat kuat. Peti-peti ini juga yang dijadikan dudukan replika saat pameran. Agar tak diutak-atik pengunjung, semua barang pameran ditutup dengan boks yang terbuat dari kaca.
Satu-satunya yang terbuka dan boleh dijamah pengunjung, yakni peti sarkofagus mumi Firaun. Hal ini karena peti ini sekalian dijadikan objek berfoto para pengunjunng.
Seluruh replika ini milik seorang pengusaha. Pengusaha tersebut, dikatakan Didi, memilih menggelontorkan uang yang tak sedikit untuk pameran itu sebagai cara untuk mensyiarkan sejarah agama Islam untuk anak-anak. Selain ini, pengusaha itu juga membentuk tim dan melakukan pameran pedang Nabi di kota-kota di Indonesia.
"Owner memilih syiar dengan pameran karena anak-anak bisa lebih mudah mengerti dan lebih tertarik dengan pameran daripada membaca buku dalam waktu lama," ucapnya.
Namun, di pameran ini tak disediakan tourguide yang akan membimbing pengunjung tentang barang-barang yang dipamerkan. Hanya ada sebuah banner yang diletakkan di samping replika yang menjelaskan sejarah barang yang berkaitan.
"Kita sengaja tidak menyediakan tourguide dengan harapan pengunjung akan tergerak untuk membaca literaturnya. Tidak hanya mendengar orang tapi merangsang anak-anak membaca," lanjutnya.
Berkeliling kota bahkan lintas pulau diakui Didi bukan pekerjaan yang mudah. Namun, semua peluhnya seakan terbayar dengan banyaknya pengunjung yang datang saat pameran dibuka.
"Pameran ini memang untuk edukasi dan syiar agama," pungkasnya.
SUMBER
Post a Comment