Ade22News ___TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANYA___
Home » » Penggalian Gunung Padang Berpotensi Memalukan Bangsa

Penggalian Gunung Padang Berpotensi Memalukan Bangsa

Ditulis Oleh adeNEWS Pada Hari Tuesday 30 April 2013 | 00:32

Pernyataan Staf Khusus Presiden Andi Arief yang akan tetap melanjutkan proyek penelitian Terpadu Mandiri terhadap pencarian piramida dan peradaban tinggi di Gunung Padang Cianjur sangat beresiko akan memalukan citra bangsa Indonesia di mata dunia akademika Internasional.

Seperti dilansir sebuah media online pada 27 April 2013 lalu, Andi Arief menegaskan akan terus melanjutkan penelitian di Gunung Padang, dan bahkan akan menggelar penggalian arkeologi secara besar-besaran dengan melibatkan 500 sukarelawan di Gunung Padang pada pertengahan Mei mendatang.

Dunia arkeologi Indonesia seakan terguncang dengan sikap merendahkan yang dilakukan Andi Arief ini.

Rekomendasi yang diberikan 3 departemen: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Menristek dan ESDM bahwasannya tidak ditemuinya indikasi adanya bangunan didalam Gunung Padang malah dijawab dengan tudingan ketiga kementerian melakukan manipulasi laporan penelitian terhadap situs Gunung Padang.

Bahkan Andi Arief meminta ketiga menteri yang memimpin bersama seorang wakil menteri untuk mundur dari jabatannya akibat bertindak manipulatif.

Yang lebih mengagetkan adalah tudingan kasar yang ditujukan kepada Prof. Dr. Mundardjito, yang disebutkan Andi Arief sebagai sosok yang selalu mengkampanyekan bahwa situs megalitikum Gunung Padang akan rusak karena riset Tim Terpadu sehingga sampai membuat petisi segala.

Mundardjito adalah arkeolog yang mendadak peduli situs ini setelah hasil riset Tim Terpadu ramai diberitakan.

Pernyataan ini seharusnya dibalik: siapa sebenarnya Andi Arief yang tiba-tiba saja dalam dua tahun ini menjadi sadar sejarah dan peduli pada situs-situs arkeologi di Indonesia, hingga mau mengucurkan dana begitu besarnya untuk mengungkapkan ada apa dibalik Gunung Padang?

Ada apa sebenarnya? Apa tujuan sebenarnya? Hanya untuk mengungkap bahwa Indonesia memiliki peradaban tinggi? So what gitu loh?

Bagi dunia arkeologi, baik nasional, regional maupun internasional, nama Prof. Dr. Mundardjito sudah dikenal sejak puluhan tahun lalu. Berbagai riset arkeologi dunia sudah dilaluinya.

Bisa dibilang bagi kami, murid-muridnya di kelas studi arkeologi Indonesia, beliaulah bapak metodologi arkeologi Indonesia. Sistematika ekskavasi arkeologi Indonesia yang dikenal sekarang ini adalah hasil buah pikirannya.

Penggalian arkeologi di Indonesia berbeda dengan di belahan dunia lain, karena perbedaan karakteristik jenis tanah, kelembaban, cuaca, jenis artefak, dan lain sebagainya.

Pengenalan datum point, sebagai titik awal perekaman data di kotak galian, deskripsi sampai pembuatan kontekstual x,y,z sebuah temuan dalam kotak galian diperkenalkan pak Otti kepada mahasiswa jurusan Arkeologi di berbagai Universitas di Indonesia yang memiliki studi arkeologi.

Pengenalan crop land, topografi lansekap situs dari foto udara, dan lain sebagainya juga diperkenalkan beliau pada masyarakat akademik arkeologi tanah air sejak puluhan tahun lalu.

Kepedulian pak Oti pada kelestarian situs arkeologi dan kemajuan penelitiannya sudah terbukti sejak lama. Berbagai studi penyelamatan dan ekskavasi dilakukannya. Kasus Trowulan, adalah salah satunya.

Nah, kini persoalannya adalah Gunung Padang, warisan cagar budaya masyarakat Sunda dan Nusantara khususnya akan diporak-porandakan. Data artefaktual, monument dan lainnya seakan diperkosa hanya untuk memuaskan visi penggalian yang sudah ditentukan sebelumnya, yaitu menemukan peradaban tinggi.

Padahal, bagi kami lulusan studi arkeologi Indonesia, setiap lapisan penggalian dalam kotak ekskavasi ditentukan berdasarkan fakta yang ditemukan dilapangan.

Mulai dari temuan permukaan, lapisan demi lapisan dan seterusnya. Dari situ kesimpulan bisa ditetapkan. Tidak ada sebuah statement langsung dibuat sebelumnya, karena akan mempengaruhi penafsiran data dan fakta yang ditemukan.

Sayang sekali, tokoh sekelas bapak Andi Arief yang dulunya adalah aktivis mahasiswa, malang melintang dalam berbagai pergerakan untuk perubahan , kini terjebak dalam ambisi perubahan itu sendiri.

Lupa akan nilai-nilai sejati bangsa Indonesia atau Nusantara yang asah, asih, asuh dan tatakrama. Cenderung merusak kompetensi profesi yang selama ini dibangun dengan susah payah ditengah tekanan politik rezim penguasa yang berlaku.

Seperti yang ditulis oleh Arkeolog UGM Dr. Daud Aris Tanudirjo dalam tulisan berjudul "Piramida, Atlantis dan Jatidiri Bangsa" yang dimuat di harian Kompas pada tanggal 10 Februari 2012 lalu, Isu Sundaland dan Indonesia sebagai Atlantis yang dilansir Arysio Nunos dos Santos atau Stephen Oppenheimer masih sangat bias.

Kepentingan penjualan buku dan kategori buku kedua penulis itu sebagai buku fiksi daripada buku ilmiah menjadikan buku ini tidak masuk dalam hitungan pakar sejarah budaya dunia.

Sayangnya buku ini justru menjadi konsumsi bagi para petinggi di negeri ini yang berpikiran lebih terjangkiti pada padangan cargo cult atau millenarisme, yang menginginkan kembalinya kebahagiaan dan kejayaan masa lalu.

Gejala ini umumnya muncul di tengah masyarakat yang sedang goyah menghadapi perubahan zaman dan ketidakpastian hidup. Masyarakat yang kehilangan arah hidup.

Biasanya masyarakat seperti ini akan lari pada baying-bayang kehidupan di masa silam yang penuh kej ayaan. Kalau itu tidak dapat dialami lagi secara fisik, maka bisa dilakukan dalam pikiran atau mitis.

Indonesia, nyata-nyata mengalami hal ini. Padahal bagi kita yang bergerak di kebudayaan, warisan budaya berupa ide local jenius (cerlang budaya) lah yang seharusnya diambil dari masa lalu dan dipraktekkan ke masa kini.

Sebagai contoh misalnya, Trowulan sebagai tinggalan kota Majapahit memiliki sistem kanal kuno yang ternyata bisa menyediakan air bersih, mengendalikan banjir dan kekurangan air di masa kemarau dan juga mendinginkan iklim sekitar. Kota-kota di Indonesia seharusnya melihat hal ini.

Sayangnya, pemerintah tidak melihat hal ini dan cenderung mengabaikan hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan. Lokal jenius seperti ini banyak sekali ditemukan, dan sayangnya tidak dipedulikan sampai negara tetangga mengklaimnya sebagai milik mereka.

Gunung Padang dikhawatirkan akan membuat dunia Internasional tertawa akan keluguan Indonesia, yang sepertinya, maaf, bermasturbasi untuk dirinya sendiri.

Seperti yang ditulis Daud Aris Tanudirjo diakhir tulisannya: niatnya menemukan jati diri bangsa yang luar biasa hebat.

Namun kenyataan menunjukkan bangsa ini telah kehilangan jati diri dan sedang mencari jati diri. Sayangnya, cara-cara yang digunakan masih beralaskan pikiran mitis.
Copy Berita ini KE :

Post a Comment