Suku Dinas Sosial Pemkot Jakarta Selatan ingin menjadikan kawasannya sebagai daerah yang nyaman dengan merazia sejumlah pengemis dan waria. Petugas juga merazia anak punk di jalanan, sebab mereka dinilai mengganggu ketertiban masyarakat.
Pengemis, waria dan anak punk ini sudah menjadi pemandangan biasa di lampu merah kawasan Jakarta Selatan. Contohnya perempatan di Jalan Sisingamangaraja, mereka kerap main kucing-kucingan untuk menghindari petugas.
Namun, ada cerita lucu yang dialami petugas saat menjaring pengemis, waria dan anak punk tersebut.
Berikut cerita lucu petugas saat razia pengemis dan waria.
1. Pengemis tuna netra berlari lincah saat kehujanan
Petugas Suku Dinas Sosial Pemkot Jakarta Selatan yang saat itu tengah mengintai kawasan jalan TB Simatupang mendapati seorang pengemis pria yang tuna netra (buta) tiba-tiba berlari lincah saat kehujanan. Pura-pura buta merupakan salah satu modus pengemis mengelabui warga Jakarta.
"Di daerah sana (TB Simatupang) itu biasanya mereka yang mengemis dengan modus pura-pura buta," ujar Kepala Seksi Rehabilitasi Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan, Miftahul Huda saat ditemui di kantornya, Rabu (26/6).
"Nah, waktu itu kebetulan tiba-tiba turun hujan. Lama-kelamaan deras. Eeeh itu pengemis tahu-tahu lari kocar kacir nyari tempat neduh," cerita Miftah sambil tertawa.
2. Lari pengemis 'hamil' kalahkan petugas
Kejadian lucu juga ditemui petugas Suku Dinas Sosial Pemkot Jakarta Selatan saat merazia sejumlah pengemis perempuan yang secara kasat mata tengah berbadan dua.
"Kita pernah menemui di kawasan Mampang Prapatan. Pengemis hamil-hamilan," ujar Miftah.
Ungkapan hamil-hamilan tersebut bukanlah tanpa alasan. "Sewaktu akan kita razia, itu PMKS hamil-hamilan larinya kenceng banget. Logikanya apa iya perempuan yang tengah hamil besar seperti itu bisa lari dengan cepat," tuturnya.
Benar saja, ketika berhasil dijaring, petugas menemukan sebuah bantal di balik baju si pengemis 'hamil-hamilan'.
3. Butuh enam petugas hadapi seorang waria
Kepala Seksi Rehabilitasi Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan, Miftahul Huda mengakui bahwa merazia waria dibutuhkan jumlah personel yang tidak sedikit.
"Waria itu tenaganya dua kali lipat dari laki-laki normal," ujarnya.
Menurut Miftah, dibutuhkan sekitar enam personel untuk membawa paksa waria masuk ke dalam mobil petugas. "Kita pernah razia satu waria. Itu tenaganya gede bener. Enam petugas kita sampai kewalahan," cerita Miftah.
Butuh beberapa menit bagi petugas untuk membawa paksa si waria ke dalam mobil. "Udah sekitar 15 menitan lah akhirnya itu waria bisa masuk ke mobil. Kemudian petugas berhenti lagi di satu tempat buat merazia gelandangan," terangnya.
"Nah, pas petugas mau memasukan itu gelandangan ke dalam mobil, si waria langsung lompat keluar dorong petugas sampai jatuh. Setelah lompat keluar itu waria larinya kenceng bener," ujar Miftah sambil menggeleng-gelengkan kepala.
4. Petugas hampir pingsan satu mobil dengan anak punk
Keberadaan anak punk yang biasa mengamen di dalam bus kerap meresahkan masyarakat. Pasalnya mereka tidak segan-segan memaksa penumpang bus memberi uang saat mengamen apalagi mayoritas anak punk di jalan kerap mengeluarkan bau yang tidak sedap.
Kepala Seksi Rehabilitasi Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan, Miftahul Huda mengatakan petugas hampir pingsan ketika berada satu mobil dengan anak punk yang telah mereka jaring. "Karena mereka itu kan komunitas anti kemapanan. Segala tindak tanduknya bebas tanpa aturan. Termasuk mandi itu mereka jarang, bukan gaya mereka yang harus setiap hari mandi," ujar Miftah.
Miftah mengatakan mengkonsumsi alkohol yang berlebihan membuat badan mereka sangat tidak sedap. "Mereka juga minum-minum, nyimeng, lalu ditambah enggak mandi. Yaa ampun kebayang deh itu baunya. Petugas bener-bener mau pingsan waktu satu mobil sama mereka," paparnya.
5. Pengemis 'tangan buntung' tonjok rekannya
Kepala Seksi Rehabilitasi Suku Dinas Sosial Jakarta Selatan, Miftahul Huda juga menuturkan pihaknya pernah mendapati pengemis pria yang kondisi tangannya buntung sebelah.
"Itu di depan Al-Azhar pernah kita dapati pengemis pria yang pura-pura buntung tangannya," ujar Miftah.
Miftah menuturkan pihaknya melihat si pengemis tangan buntung secara tiba-tiba mengeluarkan tangan buntungnya untuk memberi bogem mentah kepada orang.
"Kita perhatiin dari jauh. Jadi sepertinya itu pengemis sedang adu mulut sama rekannya. Setelah beberapa lama adu mulut, tiba-tiba tangan kanannya yang tadi terlihat buntung, tiba-tiba keluar dan ninju orang di depannya," ujar Miftah sambil tertawa.
Langsung saja, lanjut Miftah, pihaknya menjaring si pengemis tersebut. "Setelah diperiksa, ya itu tangannya dilipet trus diikat pake tali yang dililit ke perut. Buat ganjel biar nggak jatuh-jatuh tangannya," ungkap Miftah.
Post a Comment