Di Amerika Serikat, kesehatan seksual telah diajarkan sejak kelas enam sekolah dasar. Tapi istilah 'seks' dan 'pendidikan' tak bisa disejajarkan di Pakistan karena sekolah tak bisa begitu saja mengajarkan materi ini kepada siswa-siswanya. Terutama karena pengaruh nilai-nilai budaya tradisional dan sistem pendidikan Islam yang mengakar kuat dalam masyarakatnya.
Di negara ini generasi muda hanya bisa belajar tentang seks dari obrolan rahasia dengan teman-temannya atau pengalaman pribadi. Lagipula orangtua mereka juga enggan memberi berbagai info tentang reproduksi.
Islam sebagai agama yang dianut mayoritas masyarakat Pakistan juga telah melarang keras adanya seks di luar nikah dan banyak institusi di Pakistan yang memegang teguh amanah itu sehingga topik-topik tentang seks menjadi sangat tabu bagi kalangan akademisi. Dokter keluarga pun cenderung menghindari obrolan tentang seks dengan pasien-pasiennya, bahkan bagi pasutri sekalipun.
Akibatnya banyak generasi muda Pakistan yang kurang memperoleh informasi tentang kesehatan seksual lalu melakukan praktik seksual yang tidak aman, kesulitan mengontrol jumlah keluarga hingga melakukan tindakan aborsi sebagai salah satu metode pengendalian kelahiran.
Pantangan ini pun berlaku hingga ke jenjang perguruan tinggi. Tidak mengherankan jika sampai detik ini belum ada perguruan tinggi yang memiliki sekolah kedokteran dan menyediakan kelas khusus untuk mempelajari kesehatan seksual secara komprehensif.
Namun terobosan baru telah dimulai oleh Dow University of Health Sciences yang berbasis di Karachi. Bulan lalu, sekolah ini mengumumkan akan mengintegrasikan pendidikan kesehatan reproduksi ke dalam kurikulum yang dimulai pada tahun ajaran mendatang (2013). Kelas ini akan diberikan pada setiap mahasiswa, baik pria maupun wanita dalam setiap semester.
"Jadi ketika kita berbicara tentang infeksi maka kita akan berbicara tentang infeksi reproduksi. Begitu pula saat kami berbicara tentang riwayat medis maka kami juga akan mencantumkan tentang riwayat kesehatan reproduksi. Jadi kami akan menggunakan pendekatan holistik dalam kurikulum ini," kata Sikander Sohani dari organisasi nirlaba Aahung yang bekerjasama dengan Dow University untuk mengembangkan kurikulum baru ini.
Aahung merupakan sebuah kelompok advokasi yang memfokuskan perhatiannya untuk mempromosikan kesehatan dan pendidikan reproduksi di Pakistan. Dalam program ini, Aahung jugalah yang akan menyediakan panduan kesehatan reproduksi yang kompatibel dengan nilai-nilai kultural Pakistan untuk digunakan oleh fakultas dan para mahasiswa di kampus tersebut.
Kendati sebelumnya upaya untuk memberikan pendidikan seks pada generasi muda menghadapi resistensi yang luar biasa dari para pemimpin konservatif dan orangtua yang berniat melindungi anak-anaknya dari pengaruh sekuler, Sohani memprediksi kali ini mereka takkan menemui hambatan yang berarti.
Pasalnya program ini benar-benar didasarkan pada pembentukan keterampilan klinis mahasiswa dalam hal kesehatan reproduksi. Sekolah kedokteran ini menyatakan bahwa dokter-dokter lulusannya akan dipersiapkan dengan baik agar dapat mengobati pasien yang mengalami masalah seksual dan reproduksi.
"Kesehatan manusia secara menyeluruh itu dimulai dari kesehatan reproduksi. Jika seksnya sehat maka pernikahannya pun akan ikut sehat. Masyarakat juga akan cenderung lebih bisa membuat keputusan yang tepat dan aman terkait kesehatan dan rencana pembentukan keluarga yang pada akhirnya dapat meningkatkan kestabilan ekonomi dan status sosial bangsa," tandas Sohani seperti dilansir dariwashingtonpost.
Lagipula Dow University menargetkan para mahasiswanya agar menjadi dokter keluarga. "Ketika keterampilan dan wawasannya telah di-update, tentu mereka juga akan jauh lebih nyaman jika dimintai konsultasi atau sharing dengan pasien, terutama terkait kesehatan reproduksi," pungkasnya.
Post a Comment