Ade22News ___TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANYA___
Home » , , » Pantai Santolo "Mencoba Lebih Ke Selatan"

Pantai Santolo "Mencoba Lebih Ke Selatan"

Ditulis Oleh adeNEWS Pada Hari Thursday, 11 April 2013 | 00:54

Perjalanan panjang yang dilakukan rombongan Kosan Nursaid 10 menuju Pantai Santolo. Perjalanan yang membawa saya kembali bermain di 0 "nol" Mdpl. Kali ini kami mencoba menuju Pantai tersebut via jalan Ciwidey - Naringgul - Cidaun - Cijayana - Cikelet - Pantai Santolo. Melewari 3 kabupaten, yaitu Kab. Bandung, Kab. Cianjur dan Kab. Garut. Berikut kisah lengkapya :

Rute Perjalanan. Garis hijau (pergi), Garis Merah (pulang)
Total jarak -/+ 178 KM (hijau), -/+ 155 KM (merah)

Kamis, 4 April 2013

Pukul 05.00 kami semua sudah bersiap-siap mandi dan membereskan barang bawaan yang akan kami bawa. Kami sengaja berangkat lebih pagi untuk menghindari kemacetan Kota Bandung dan cuaca yang kadang hujan di siang hari. Pukul 06.00 kami sudah berkumpul di depan Kosan untuk memanaskan kuda besi masing-masing. Pukul 06.15 setelah berdoa, dengan Basmallah kami menggenggam dengan pasti setang motor kami untuk menghadapi perjalanan yang panjang ini. Total dari kami 11 orang (Saya, Atep, Bayu, Angga, Fredy, Madhot, Egi, Hasbi, Tya, Fian, dan Hana) dengan 6 motor dan saya kembali menjadi leader dari tim kecil ini.



Rute pertama kami adalah Kosan (Bandung) - Soreang, Kab. Bandung. Dalam rute ini kami harus bergerak agak sedikit cepat, sebab kami akan melewati beberapa titik kemacetan yang lumayan parah di pagi hari. Pukul 06.45 kami tiba di Soreang. Kami menyempatkan diri untuk sarapan nasi kuning disana.
Pukul 07.15 kami telah selesai sarapan. Rute kedua kami adalah Soreang - Ciwidey. Kami terus berjalan dengan kecepatan normal. Pagi ini lalu lintas sudah terlihat agak ramai. Sesampainya kami di daerah Pasir Jambu, Ciwidey, motor saya mengalami masalah yang membuatnya tidak bisa berjalan. Ternyata V-belt motor matic saya putus. Untung tak jauh dari posisi motor rusak tadi ada bengkel, jadi motor saya perbaiki dahulu di bengkel tersebut. Memang sejak perjalanan dari Sawarna dan Malela saya belum sempat lagi mengecek kondisi bagian dalam mesin matic motor ini. Mesin pun dibongkar, kerusakan diperbaiki di bengkel itu dan beres kembali sekitar pukul 08.30. 
Si Putih mendapat penanganan medis
Kemudian kami terus melanjutkan perjalanan. Di Ciwidey kami sempat berhenti sejenak di mini market untuk sekedar membeli persediaan minuman. Rute ketiga kami adalah Ciwidey - Naringgul (Cianjur Selatan). Dari Ciwidey kami terus berjalan menuju arah Situ Patengan dan Perkebunan Teh Rancabali. Setengah jam kami berjalan, kami tiba di pertigaan pintu masuk Wisata Situ Patengan, kami mengambil jalan ke arah kiri. Kondisi jalan sangat baik dengan pemandangan yang luar biasa. Di kiri dan kanan nampak terhampar luas perkebunan teh yang indah bak karpet hijau yang luas. Pagi ini cuaca nampak begitu bersahabat bagi kami. 
Beberapa kali kami sempat berhenti, kadang ada teman yang tertinggal lumayan jauh dibelakang. Kondisi jalan sangat baik dengan kelokan tanjakan dan turunan khas jalan perbukitan. Kami sempat berhenti sedikit lama di tengah-tengah perjalanan dengan pemandangan kebun teh yang begitu mengagumkan. Kami semua sempat berfoto-ria disana. Rasa lelah berkendara sirna dalam sekejap melihat pemandangan yang tersaji dihadapan kami. 
Pemandangan kebuh teh yang menakjubkan
Berfoto-ria sejenak
Pukul 09.30 kami lanjut perjalanan, kali ini trek mulai berkelok-kelok dan menanjak. Kondisi cuaca mulai berubah menjadi berkabut tebal, kami harus berhati-hati dalam menjalankan motor. Sepi sekali di jalan ini, jarang sekali kami berpapasan dengan pengendara lain. Cuaca pun berubah menjadi gerimis, saya memacu kendaraan agak sedikit cepat. Kemudian sampailah kami di puncak punggungan bukit, kini jalan mulai menurun. 
Gerimis pun berhenti, kabut tebal sudah menghilang. Kami disuguhkan tikungan dengan turunan yang sangat tajam. Saya sangat merasakan perbedaan pada rem motor saya. Rem pada motor saya terasa sekali akan habis padahal baru saja saya ganti pada hari sebelum keberangkatan. Hal tersebut kemungkinan terlalu curamnya turunan yang membuat rem bekerja lebih keras.

Pukul 10.30 kami sampai di gapura perbatasan wilayah Kabupaten Bandung dengan Cianjur Selatan. Kami terus berjalan dan kondisi jalan masih saja menurun. Kemudian kami berhenti di sebuah warung yang menjual bensin eceran untuk mengisi kembali bahan bakar yang sudah berkurang. Setelah itu kondisi jalan mulai agak sedikit rusak dan berlubang, banyak pemuda yang memanfaatkan hal ini dengan meminta uang pada pengendara yang melintas (pungli).

Kali ini pemadangan yang luar biasa kembali tersaji dihadapan kami. Tebing-tebing bukit tinggi yang menjulang mengeluarkan air terjun yang sangat indah sekali. Terdapat banyak air-air terjun yang muncul dari tebing-tebing bukit tersebut. Saya tersenyum melihat semua ini, subhanallah indah sekali, inilah Indonesia dengan sejuta keindahannya. Mungkin karena akses dan kondisi jalan yang jauh menjadikan daerah ini seperti terpencil. Kami terus berjalan hingga sampai di sebuah air terjun (curug) yang persis berada di pinggir jalan. Luar biasa satu keindahan lagi, ada curug di pinggir jalan. Inilah yang disebut-sebut sebagai Curug Naringgul. Melihat curug seperti ini ingin rasanya saya mandi dan bermain air, namun apa daya karena perjalanan kami masih jauh. Setelah puas berfoto-ria, kami melanjutkan perjalanan.

Curug Naringgul
Si Janu di Curug
Naringgul sudah kami lewati, kami lanjut perjalanan dengan rute Naringgul - Cidaun. Kondisi jalan masih saja rusak berlubang, namun masih aman jika dengan kecepatan 40km/jam. Kali ini cuaca terasa sangat panas, angin-angin laut sudah mulai terasa disana. Pukul 12.00 kami tiba di Cidaun dan beristirahat di sebuah mini market. Di daerah ini ada tempat wisata Pantai Jayanti, namun kami melewatkannya. Tujuan kami saat ini Pantai Santolo, mungkin lain waktu kami akan mengunjungi Pantai Jayanti.

Pukul 12.30 kami meninggalkan Cidaun, rute terakhir adalah yang paling panjang yaitu Cidaun (Cianjur) - Pameungpeuk (Garut). Siang ini panas terasa menyengat, namun kami tak pernah kehabisan semangat. Kondisi jalan mulai baik kembali kami meluncur dengan sedikit cepat. Pukul 13.45 kami tiba di perempatan Pantai Rancabuaya. Kali ini kami telah memasuki wilayah Kabupaten Garut. Kami terus berjalan dengan sesekali berhenti membeli bensin di warung bensin eceran. Akhirnya pukul 16.00 kami tiba di Cikelet tepatnya di pertigaan jalan menuju Pantai Santolo. Kami berhenti sejenak di sebuah mini market untuk membeli keperluan kami selama 2 hari di Pantai Santolo. 
Kami kemudian masuk kawasan Pantai Santolo. Kami mencari beberapa penginapan. Kemudian kami dapat sebuah penginapan yang langsung menghadap ke laut yang bernama Bungalow Diar II. Dengan nego yang begitu alot akhirnya kami dapatkan kesepakatan harga yaitu Rp. 200.000/malam. Kami mengambil 3 malam jadi Rp.600.000. Harga tersebut kami bagi ke-11 orang. Memang terasa menjadi lebih murah sekitar Rp.55.000/orang untuk 3 malam. 
Sore itu kami langsung beristirahat mengingat perjalanan yang panjang tadi membuat kami kelelahan. Saya memilih untuk duduk sejenak di pinggir pantai sambil melihat sunset yang tenggelam. Pasir putih yang terhampar luas dan air laut yang membiru merupakan sebuah lukisan alam yang luar biasa bagi saya. 
Pantai Santolo sore itu di depan penginapan
Hari berganti malam, gelap pun datang. Malam ini hanya terdengar deburan ombak saja. Kami masih sempat membakar kayu dan sampah yang berserakan untuk membuat api unggun sebagai pelengkap saat menenggak kopi hitam malam itu.
"kala ombak mencumbu pantaiKu, Aku pun sesungguhnya sedang mencumbu angan dalam pikiranKu"
Malam kian larut, pukul 22.00 kami mulai masuk kamar sebagian ada yang tidur di bale bambu di depan kamar. Malam ini 5 orang tidur di bale bambu termasuk saya. Karena tidur di dalam kamar terasa panas dan pengap sekali. Saya tidur di bale bambu dengan beralaskan matras, tertidur berselimutkan angin malam, dan lantunan suara ombak pantai.

Jumat, 5 April 2013

Pukul 06.30 saya dan teman-teman sudah terbangun dari tidur. Kami secara bergantian untuk ke kamar mandi. Kemudian dengan nesting dan kompor yang saya bawa, kami memasak nasi dan tempe goreng untuk sarapan. Pukul 08.30 sarapan sudah matang, saatnya makan-makan. Pagi ini memang saatnya santai sejenak, karena niat bermain di pantai ba'da solat jumat . Setelah makan, saya dan beberapa teman pergi ke Pasar Pameungpeuk untuk mengambil uang di ATM. Untuk ke ATM sangat jauh kira-kira 7km, untuk ke mini market diperkirakan 2km.

Pukul 14.00 kami semua menuju bibir pantai untuk bermain dan menikmati pantai. Luar biasa sepi sekali, enaknya jika bukan musim liburan. Pantai Santolo serasa milik kami. Ombak di pantai Santolo lumayan besar tetapi hanya di pinggir saja, agak ke tengah ombak sudah tidak ada. Jadi kami berenang agak ke tengah agar tak terseret ombak. Air laut yang bersih dan pantai berpasir putih membuat kami betah berlama-lama. Pukul 16.00 kami berjalan menuju Pulau Santolo dengan menyebrang aliran sungai memakai jasa perahu dayung seharga Rp.2000/orang.

Pantai Santolo
Si Janu di Pantai Santolo
Setelah sampai di Pulau Santolo kami merasakan pulau ini begitu sepi, ada beberapa warung yang buka saat itu. Kami mulai berkeliling pulau dan menuju bibir pantai. Pantai di Pulau Santolo tidak seindah pantai di depan penginapan kami dikarenakan pantainya berupa bebatuan yang menjorok ke laut. Bebatuan ini diairi air laut yang dangkal, kira-kira semata kaki, sedangkan air laut beserta ombaknya yang sangat besar berhenti di kejauhan yang jaraknya kira-kira 200 meter. Jadi air laut dan ombaknya tidak berhenti di pasir pantai, tapi berhenti 200 meter dari pantai yang dihalangi oleh bebatuan tadi. Namun bebatuan ini berupa daratan yang kita bisa berjalan-jalan diatasnya untuk mencari binatang laut. Kami harus berhati-hati berenang ditempat ini sebab masih banyak Bulu Babi dan Ular laut. Kami lalu menuju dermaga Pulau Santolo dengan pintu air yang berbentuk seperti jembatan.
Ombak yang pecah di karang dari jauh
Di Dermaga Pulau Santolo
Berenang nyari Bulu Babi :D
Barudak Kosan Nursaid 10
Pukul 17.30 kami meninggalkan Pulau Santolo untuk menuju penginapan kami. Menyebrang pulau dengan menggunakan perahu seperti berangkat tadi. Sesampainya di penginapan, kami langsung bersih-bersih secara bergantian. Kemudian kami lanjut dengan acara makan-makan. Setelah itu kami hanya isi malam hari dengan obrolan dan candaan hingga rasa kantuk datang.

Sabtu, 6 April 2013

Pagi hari kami semua sudah terbangun dari tidur. Seperti biasa kami bergantian untuk mandi. Setelah itu kami memasak makanan untuk sarapan. Pagi itu kami isi dengan santai-santai sebab kami merasa masih lelah dan ngantuk. Hari ini kami berniat untuk menuju Pantai Sayang Heulang dan muara Cilautereun. 
Pukul 11.00 kami berangkat menuju Pantai Sayang Heulang. Hari itu terasa panas sangat menyengat sekali. Kami berjalan kaki ke arah pelelangan ikan dan berbelok ke kiri. Kemudian kami harus menyebrang aliran sungai lagi dengan perahu, harga masih sama Rp.2000/orang. 
Garis hijau (berangkat), garis merah (pulang)
Sekitar 30 menit berjalan kami tiba di Pantai Sayang Heulang. Pantai yang mirip dengan keadaan pantai di Pulau Santolo. Pantai berbatu yang dialiri air laut dengan ombak yang jauh terpecah dari daratan. Siang ini pantai terlihat sepi, cuaca panas namun awan mendung terlihat di kejauhan.
Panas!! Berteduh di bawah pohon
Si Bayu terlihat dr kejauhan
Pantai Sayang Heulang
Kami tak berniat untuk bermain air di pantai ini, hanya sekedar berfoto-ria dan melihat pemandangan. Tak lama hujan mulai turun. Kami bergegas berjalan menuju sebuah warung yang tutup untuk berteduh. Setelah hujan berhenti kami lanjut berjalan kaki, berbeda dengan berangkat, kami melewati Muara Cilautereun. Dari sinilah nama Cilauteureun bermula. Jika di telusuri lebih jauh, Cilauteureun adalah gabungan tiga kata, yaitu Ci, Laut dan Eureun. Ci berarti Cai yaitu air, laut adalah laut dan Eureun adalah berhenti. Kalau digabungkan menjadi Air Laut Yang Berhenti, atau Air Laut Yang Tertahan. Mengapa demikian, inilah keanehan dan keunikan tersendiri, bisa jadi hanya terjadi disini. Saya yakin semua tahu bahwa air sungai itu mengalir dari sungai menuju laut, sifat air yang mengalir dari tempat tinggi ke tempat rendah. Akan tetapi disini air laut yang mengalir ke sungai. Kemungkinan hal ini jarang sekali ada di dunia!! saya yakin. Saya membaca di internet bahwasanya dunia ini hanya terjadi di Santolo dan Prancis.
Sebenarnya diatas muara ini ada jembatan gantung, namun kondisi jembatan sudah tidak dirawat, menjadikan jembatan tersebut rusak dan ditutup. Kami menyebrang muara melewati karang-karang dan sampai lagi di Pulau Santolo. Kami menuju ke tempat yang kemarin lagi untuk berenang. Hingga sore hari barulah kami kembali menuju penginapan. Menyebrang dengan menggunakan perahu lagi. Saya memilih naik perahu bersama yang lain, sementara Bayu dan Angga memilih menyebrang dengan berenang. Jarak penyebrangan memang tak terlalu jauh hanya sungai dengan lebar -/+ 10 meter, sehingga bisa dijangkau dengan berenang. Kemungkinan jika kami tak membawa barang elektronik (hp dan kamera), semua memilih berenang.
Sebelum meninggalkan Pulau Santolo
Menyebrang dengan perahu
Kami sampai di penginapan untuk menaruh barang bawaan. Sebagian termasuk saya kembali menuju pantai untuk bermain air lagi karena hari itu adalah hari terakhir, jadi kami puaskan hari itu dengan bermain di pantai. Pukul 18.00 barulah kami kembali menuju penginapan lagi. Malam itu kami habiskan malam terakhir dengan obrolan-obrolan dan candaan kami, hingga tak terasa pukul 23.00. Malam itu kami semua tertidur untuk menjaga stamina, sebab esok hari kami berencana untuk kembali ke Bandung. 
Minggu, 7 April 2013
Pagi hari pukul 07.00 kami terbangun dari tidur. Semua bergegas bergantian menuju kamar mandi. Segelas kopi sudah tersedia. Sambil berbincang kami membereskan barang bawaan. Sebagian ada yang sudah sarapan pagi ini. Hari ini minggu, pantas sekali pantai terlihat agak ramai, tidak seperti hari-hari kemarin yang sepi. Setelah semua sarapan dan membereskan barang bawaan kami semua bersiap untuk meninggalkan daerah ini. 
Pukul 09.25 kami mulai berjalan meninggalkan kawasan Pantai Santolo. Perjalanan pulang kali ini berbeda dengan berangkat, kami memilih jalur Cikajang untuk pulang. Dari Pantai Santolo kami mengambil arah Pameungpeuk, Garut. Rute Pertama yaitu Pameungpeuk - Cikajang. Sekitar 15 menit berjalan dari Pantai Santolo kami sampai di Pasar Pameungpeuk, disana kami berhenti sejenak untuk mengisi bahan bakar dan beberapa mengambil uang di ATM.
Perjalanan kami lanjut menuju Cikajang. Kondisi jalan menuju Cikajang sangat baik, aspal yang sepertinya baru saja diperbaiki hingga daerah Cisompet. Cuaca hari ini terlihat mendung, kami terus memacu kuda besi kami. Kami melewati perkebunan teh, hawa dingin merasuk ke tubuh. Entah mengapa angin terasa begitu dingin sekali, mungkin karena 2 hari kami kepanasan dipinggir pantai, jadi keadaan berbukit sedikit menjadi dingin. Pemandangan sepanjang jalan sangat indah sekali. Perkebunan teh dengan lansekap bukit-bukit yang menjulang tinggi.
Selepas Cisompet jalan kembali agak sedikit rusak kadang bagus kadang berlubang, namun masih bisa berjalan 60km/jam. Perjalanan sedari tadi di Pameungpeuk hingga tempat ini terus berkelok-kelok, memerlukan kewaspadaan yang tinggi. Setelah kebun teh Neglasari jalur berkelok dan menanjak kami disuguhkan pemandangan Curug yang ada diatas tebing, menurut warga sekitar, nama curug tersebut adalah Curug Neglasari. Curug tersebut susah terjamah oleh manusia sebab akses menuju curug tersebut sangat sulit. Setelah itu kami memasuk kawasan yang bernama Gunung Gelap hingga akhirnya pukul 12.15 kami tiba di daerah Cikajang, Garut.
Cikajang sudah terlewati kami berjalan terus dengan pasti. Rute selanjutnya Cikajang - Bunderan Tarogong. Kami terus berjalan melewati daerah Cisurupan - Bayongbong. Daerah ini sudah tidak asing lagi bagi saya. Kemudian turun hujan besar di depan Pasar Cilimus Bayongbong, kami semua berteduh di depan ruko yang tutup. Hingga saya sempat tertidur sejenak di depan ruko tersebut.

Pukul 14.30 hujan tak kunjung reda, akhirnya kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan. Dengan sedikit cepat kami memacu kendaraan. Pukul 15.00 kami sampai di Bunderan Tarogong. Kondisi lalu lintas agak sedikit padat. Rute selanjutnya adalah Bunderan Tarogong (Garut) - Cibiru (Bandung). Kami terus memacu kendaraan ditengah padatnya lalu lintas sore itu. Hingga akhirnya kami memutuskan beristirahat di salah satu warung yang berada di jalan Lingkar Nagreg. Kami beristirahat untuk sekedar membeli kopi dan ubi cilembu sebagai penghangat yang memang sejak Bayongbong tadi sudah kehujanan.
Pukul 16.30 kami melanjutkan perjalanan hingga mencapai daerah Cibiru, hujan masih saja menemani perjalanan kami. Dingin makin terasa di badan. Rute terakhir yaitu Cibiru - Kosan Nursaid 10. Setelah -/+ 45menit selepas Cibiru melewati jalan Soekarno-Hatta, sampailah kami di Kosan tercinta. Alhamdulillah semua selamat sampai di kosan. Kami semua langsung bergegas bersih-bersih sebab badan sudah terasa dingin karena hujan yang tak kunjung berhenti. Sampai Jumpa di Perjalanan Si Janu Berikutnya!!! Salam Lestari.....

Satu lagi catatan sejarah bagi si Meong. Dengan tubuh kecil dan rampingnya akan Kubuktikan kita bisa bersama-sama menjelajah Indonesia :D


Thanks to :
- Allah S.W.T
- Barudak Kost Nursaid 10 (Madhot, Atep, Bayu, Angga, Fredy, Egi, Hasbi, Tya, Fian, Hana)
- Orang tua yang selalu memberikan doa kepada anaknya yang tukan jalan ini
- Pantai Santolo yang telah menyambut dengan sejuta pesonanya.


Catatan :
- Jalan menuju Garut Selatan via Naringgul - Cidaun kondisi lumayan baik, hanya sekitar 20Km jalan agak berlubang
- Pastikan kondisi kendaraan anda fit bilamana ingin melewati jalur Naringgul - Cidaun, sebab jarang ditemukan bengkel
- Siapkan cadangan bensin dengan botol air mineral terkadang kios bensin eceran jaraknya sangat jauh
- ATM di Pantai Santolo tidak ada, kalau pun ada di Pasar Pameungpeuk -/+ 7Km
- Pengianapan Diar II kurang rekomen, sebab air sering tidak jalan (padahal air hal yang sangat penting)
- Banyak sampah berserakan di depan penginapan-penginapan yang menghadap ke pantai. Banyak pemilik penginapan yang membuang sampah dengan sengaja di depan penginapan tersebut. Hal ini sangat disayangkan, sebab akan berpengaruh juga dengan banyak tidaknya pengunjung dilain hari jika terdapat banyak sampah. Semoga pemerintah Kab. Garut bisa memberikan penyuluhan kepada pemilik penginapan, dan juga semoga pemerintah bisa mengatur kembali tata letak dan fungsi pantai ini agar menjadi tempat yang lebih baik dan teratur mengingat potensi wisata pantai ini sangat besar sekali.

Gallery Foto Artis Santolo nih :

Si Janu
Fian
Bayu
Hasbi
Fredy
Angga
Atep
Lady Bikers kita Tya dan Hana
Madhot
Egi
Copy Berita ini KE :

+ comments + 1 comments

11 April 2013 at 03:08

oke terima kasih sudah dituang kemabli di blog anda. jangan lupa cantumkan sumber ya kawan :D

Post a Comment