Presiden Federasi Pilot Indonesia (FPI) Hasfrinsyah meminta pemerintah
memberikan perhatian ke bandara di Indonesia yang sangat ramai. Ramainya
penerbangan membuat maskapai boros dari aspek bahan bakar dan sering
terjadi keterlambatan.
Ini dikarenakan pesawat harus berputar lama di udara sebelum mendapat
kesempatan mendarat. "Mengharapkan pemerintah berperan turut mengawal,
kenyataannya sedih. Sekarang perekonomian naik, transportasi
berlomba-lomba mencari pilot, membeli pesawat. Tolong dikawal kalau
tidak di atas itu ramai sekali," ucap Hasfriansyah dalam rapat bersama
Komisi V DPR di Jakarta.
Dia mencontohkan, penerbangan di Bandara Soekarno Hatta mencapai 71
penerbangan per jam. Akibat ramainya penerbangan, tidak hanya berdampak
pada keterlambatan saja, tapi juga pemborosan bahan bakar yang mencapai
setara 1,7 ton per penerbangan. Pemborosan ini lebih mahal daripada
membangun bandara baru.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang positif membuat aktivitas bandara
juga meningkat. Moda transportasi udara yang dahulu dinilai mahal oleh
masyarakat saat ini sudah bisa terjangkau.
Berikut kami mencoba mengulas beberapa bandara tersibuk di Indonesia dari sisi jumlah penumpang per tahunnya.
1. Bandara Soekarno Hatta
Bandara yang diambil dari nama presiden dan wakil presiden Indonesia
pertama ini mulai beroprasi pada tahun 1985. Bandara ini dirancang oleh
arsitek asal Prancis Paul Andreu dan berdiri di atas tanah seluas 18Â
km² di Kota Tangerang, Banten.
Bandara internasional ini awalnya dirancang untuk menampung penumpang
sebanyak 22 juta orang. Namun berdasarkan data Dewan Bandara
Internasional, pada 2011, penumpang di bandara ini sudah mencapai
sekitar 51,17 juta penumpang per tahunnya.
Dalam masterplan pengembangan bandara, PT Angkasa Pura II selaku
operator berencana meningkatkan kapasitas menjadi 62 juta penumpang per
tahun pada 2014. Peningkatan kapasitas apron atau lapangan parkir
pesawat juga menjadi bagian dalam rencana yakni dari 125 pesawat menjadi
174 pesawat terbang.
Diperkirakan PT Angkasa Pura II akan menghabiskan dana sekitar Rp 11,7
triliun untuk melakukan pengembangan bandara hingga 2014 ini.
2. Bandara Juanda
Bandara Internasional Juanda berlokasi di Surabaya, Jawa Timur. Bandara
yang diambil dari nama perdana menteri terakhir di Indonesia ini
dioperatori oleh PT Angkasa Pura I.
Bandara yang berdiri di atas tanah seluas 51.500 m² ini, berdasarkan
data Dewan Bandara Internasional pada 2011 melayani sekitar 13,77 juta
penumpang tiap tahunnya.
Angka ini meningkat dalam tiga tahun terakhir di mana pada 2008 hanya
melayani 8,8 juta penumpang, 2009 melayani 10,6 juta penumpang dan 2010
melayani 11,1 juta penumpang.
3. Bandara Ngurah Rai
Bandara internasional ini terletak di sebelah selatan Bali. Sebagai
tujuan wisata yang telah mendunia, tentu Bali sangat padat dan ramai
oleh wisatawan hampir setiap harinya, sehingga bandara Ngurah Rai
menjadi salah satu bandara tersibuk.
Bandara ini setidaknya telah melayani sekitar 27 maskapai penerbangan
yang terdiri dari 10 maskapai penerbangan dengan jalur domestik dan 17
lainnya maskapai penerbangan dengan jalur internasional.
Berdasarkan data Dewan Bandara Internasional, Bandara Ngurah Rai pada
2011 tercatat telah melayani 12,7 juta penumpang. Angka ini meningkat
terus di mana pada 2009 jumlah penumpang sekitar 9,6 juta orang dan 2010
sebanyak 11,1 juta orang.
4. Bandara Sultan Hasanuddin
Bandara yang dioprasikan oleh PT Angkasa Pura I ini terletak di Kota
Makassar, Sulawesi Selatan. Bandara ini mengalami proses perluasan dan
pengembangan yang dimulai tahun 2004.
Saat ini, Bandara Sultan Hasanuddin melayani 225 rute penerbangan. Ada
18 maskapai yang melayani penerbangan domestik, dan 2 maskapai yang
melayani rute internasional.
Bandara yang sempat dinobatkan menjadi salah satu bandara dari tiga
bandara terbaik di Indonesia ini, dari data Dewan Bandara Internasional
menempati urutan keempat sebagai bandara tersibuk. Pada 2011 tercatat
Bandara Sultan Hasanuddin telah melayani penumpang sebanyak 7,4 juta
orang.
Tingginya frekuensi penumpang di bandara ini membuat otoritas bandara
memperluas bandara dari 51.000 m² menjadi sekitar 7 hektar.
5. Bandara Polonia
Nama Polonia diambil sebagai nama bandara berdasarkan negara asal
pembangunnya yakni Polandia. Bandara ini berdiri di kawasan yang dulunya
merupakan lahan pekebunan milik orang Polandia bernama Michalski.
Bandara Polonia berdiri di atas tanah seluas 144 hektar. Bandara ini
dirancang untuk dapat memuat maksimum sekitar 900.000 penumpang.
Dari tahun ke tahun arus penumpang Polonia cenderung mengalami
peningkatan antara 15 hingga 20 persen. Pada 2004 jumlah pergerakan
pesawat mencapai 35.100 penerbangan domestik dan 8.266 penerbangan
internasional.
Berdasarkan data Dewan Bandara Internasional pada 2011 tercatat 7,1 juta
penumpang melewati Bandara Polonia. Angka ini tentunya jauh di atas
kapasitas awalnya.
Tidak representatifnya bandara ini dengan jumlah penumpang, rencananya
bandara ini dalam beberapa tahun ke depan akan dipindahkan ke Kuala
Namu, di Kabupaten Deli Serdang. Setelah Kuala Namu mulai beroperasi,
operasional bandara akan diserahkan kepada TNI AU.
6. Bandara Sepinggan
Bandara yang terletak di Kalimantan Timur ini awalnya di bangun untuk
kegiatan perusahaan minyak Belanda di daerah Balikpapan. Pengelola
bandara ini dipercayakan pada PT Angkasa Pura I.
Dengan posisi yang strategis di kawasan Indonesia Bagian Tengah
diharapkan bandara ini dapat menjadi penghubung kawasan Indonesia Bagian
Barat dengan kawasan Indonesia Bagian Timur. Selain itu bandara ini
juga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di Kalimantan Timur dan wilayah
Kalimantan lainnya.
Bandara Sepinggan dari data Dewan Bandara Internasional pada 2011 telah
melayani sekitar 5,6 juta penumpang. Angka ini terus meningkat di mana
pada tahun 2009 hanya sekitar 4,3 juta penumpang dan 2010 sebesar 5,1
juta penumpang.
Saat ini Bandara Sepinggan terus dilakukan pengembangan diantaranya akan
dibangun hotel transit, business center, pusat informasi investasi,
warehousing, meeting room, restoran dan mini market termasuk
pengembangan terminal penumpang dan perpanjangan landasan pacu.
7. Bandara Adisucipto
Bandara Adisucipto terletak di daerah Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta
(DIY). Bandara ini awalnya bernama Maguwo di mana kemudian diganti
untuk penghormatan pada Marsekal Muda Anumerta Agustinus Adisutjipto
yang ditembak jatuh oleh pesawat Belanda tanggal 29 Juli 1947.
Bandara ini berdiri di atas lahan seluas 88,690 m², dengan dua landasan
pacu. Dahulu bandara ini merupakan lapangan udara militer, namun
penggunaannya diperluas untuk kepentingan sipil.
Bandara Adisucipto menjelma menjadi bandara internasional pada tanggal
21 Februari 2004. Data Dewan Bandara Internasional mencatat bandara di
Yogyakarta ini pada 2011 telah melayani penumpang sekitar 4,2 juta
orang.
Post a Comment