Jakarta Hakim agung Prof Gayus Lumbuun menuding ada ketidaktransparansian anggaran Mahkamah Agung (MA). Hal ini membuat Sekretaris MA, Nurhadi naik pitam.
"Saya nggak pernah takut sama siapa pun, karena saya clean. Saya nggak peduli, saya labrak betul (Gayus Lumbuun) karena saya clean. Saya jamin satu rupiah pun saya tidak punya pikiran untuk main-main terutama dalam anggaran. Kalau eselon I ketahuan (korupsi) sama saya, saya amputasi," kata Nurhadi saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, di Gedung MA, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Rabu (23/10/2012).
Nurhadi pun tidak terima jika mendudukkan hakim agung sebagai warga kelas dua. Bahkan dia mengaku melakukan perubahan besar dalam institusi MA, terutama soal anggaran.
"Justru hakim-hakim sekarang fasilitasnya malah nambah, bukan kelas 2 lagi tapi super kelas 1. Perubahan itu bukan saya membela diri, fakta itu," tandas mantan Kabiro Hukum dan Humas MA ini.
Perubahan tersebut terjadi hingga hal sepele seperti anggaran makan siang hingga pengawalan. Hal tersebut menurut Nurhadi belum pernah terjadi sebelum dirinya menjadi Sekretaris MA.
"Justru dulu pimpinan hakim agung nggak makan siang, sekarang bisa makan siang. Dulu pimpinan tidak ada pengawal, saya yang mengadakan pengawal. Justru periode ini yang banyak perubahan," cetus Nurhadi.
"Hakim agung ad hoc yang dulu nyaring suara, ikut makan siang sekarang. Dulu hakim ad hoc tidak dipikirkan masalah kesehatannya, sekarang dapat kesehatan VIP in health," sambung Nurhadi.
Seperti diketahui, Gayus berbicara blak-blakan jika hakim agung di MA menjadi warga kelas dua. Adapun warga kelas satu adalah PNS/birokrat MA. Oleh karenanya, Gayus meminta auditor eksternal untuk menghitung dan menilai pengunaan anggaran MA.
"Kesan di MA yaitu para hakim agung adalah penghuni kelas dua di bawah PNS-PNS eselon I dan eselon II. Bahkan staf biasa memegang peran penting administrasi dan keuangan di MA," kata Gayus saat dikonfirmasi detikcom pagi ini.
"Saya nggak pernah takut sama siapa pun, karena saya clean. Saya nggak peduli, saya labrak betul (Gayus Lumbuun) karena saya clean. Saya jamin satu rupiah pun saya tidak punya pikiran untuk main-main terutama dalam anggaran. Kalau eselon I ketahuan (korupsi) sama saya, saya amputasi," kata Nurhadi saat ditemui wartawan di ruang kerjanya, di Gedung MA, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Rabu (23/10/2012).
Nurhadi pun tidak terima jika mendudukkan hakim agung sebagai warga kelas dua. Bahkan dia mengaku melakukan perubahan besar dalam institusi MA, terutama soal anggaran.
"Justru hakim-hakim sekarang fasilitasnya malah nambah, bukan kelas 2 lagi tapi super kelas 1. Perubahan itu bukan saya membela diri, fakta itu," tandas mantan Kabiro Hukum dan Humas MA ini.
Perubahan tersebut terjadi hingga hal sepele seperti anggaran makan siang hingga pengawalan. Hal tersebut menurut Nurhadi belum pernah terjadi sebelum dirinya menjadi Sekretaris MA.
"Justru dulu pimpinan hakim agung nggak makan siang, sekarang bisa makan siang. Dulu pimpinan tidak ada pengawal, saya yang mengadakan pengawal. Justru periode ini yang banyak perubahan," cetus Nurhadi.
"Hakim agung ad hoc yang dulu nyaring suara, ikut makan siang sekarang. Dulu hakim ad hoc tidak dipikirkan masalah kesehatannya, sekarang dapat kesehatan VIP in health," sambung Nurhadi.
Seperti diketahui, Gayus berbicara blak-blakan jika hakim agung di MA menjadi warga kelas dua. Adapun warga kelas satu adalah PNS/birokrat MA. Oleh karenanya, Gayus meminta auditor eksternal untuk menghitung dan menilai pengunaan anggaran MA.
"Kesan di MA yaitu para hakim agung adalah penghuni kelas dua di bawah PNS-PNS eselon I dan eselon II. Bahkan staf biasa memegang peran penting administrasi dan keuangan di MA," kata Gayus saat dikonfirmasi detikcom pagi ini.
Sumber : detik.com
Post a Comment