Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat importasi garam masih berlangsung ke dalam negeri sepanjang triwulan I-2013. Tercatat impor garam sebesar 465.000 ton atau senilai US$ 21,5 juta.
Data BPS itu memang tak menjelaskan apakah itu garam industri atau garam konsumsi (pasar umum), khusus garam industri memang Indonesia 100% masih impor karena belum bisa diproduksi di dalam negeri.
Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Alex Retraubun mengatakan, sepanjang Indonesia tidak dapat memenuhi kebutuhan di dalam negeri, importasi adalah hal yang sah disamping terus meningkatkan produktivitas garam di dalam negeri.
"Sepanjang negara kita belum mampu untuk swasembada garam, impor saja. Nggak apa-apa. Sebab kalau tidak impor, mau gimana? (mencukupi kebutuhan?)," kata Alex saat usai melakukan pertemuan dengan Presiden dan delegasi Republik Tatarstan, di Kantor Kementerian Perindustrian, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Kamis (2/5/2013).
Ia mengaku pemerintah terus mengupayakan agar Indonesia tak lagi ketergantungan impor dalam komoditi apapun. Untuk garam sendiri, ia mengatakan akan mempercepat proyek pembangunan pabrik garam di Nagakeo, NTT, oleh perusahaan asal Asutralia, Cheetam Salt Ltd.
"Langkah pemerintah, kalau kami di Kemenperin kan berusaha untuk ekstensifikasi. Kita dorong supaya investasi Cheetam Salt itu jalan. Dan itu pasti jalan," katanya.
Data BPS menunjukan pada triwulan I-2013 dari diimpor sebesar 465 ribu ton atau senilai US$ 21,5 juta.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikutip detikFinance pada Kamis (2/5/2013), importasi garam terjadi rutin selama 3 bulan pertama tahun ini.
Januari 2013, impor garam terjadi sebesar 156 ribu ton atau US$ 7,7 juta. Kemudian pada Februari impor meningkat menjadi 192 ribu ton atau US$7,9 juta dan Maret sebesar 116 ribu ton atau US$ 5,9 juta.
Ada empat negara yang garamnya paling banyak diimpor oleh Indonesia. Impor terbesar dilakukan dari Australia. Di mana dari negeri Kangguru tersebut garam diimpor sebanyak 370 ribu ton atau US$ 17,3 juta.
Selanjutnya adalah India dengan volume impor 94.500 ton atau US$ 3,9 juta. Jerman ikut memberikan andil impor sebesar 76 ton atau US$ 147 ribu.
Di samping itu ada negara tetangga Singapura yang mencatatkan impor garam di dalam negeri. Ada 6 ton garam atau senilai US$ 52.000 garam dari Singapura.
Selandia Baru mencatatkan nilai impor 120 ton atau US$ 41.000 dan negara lainnya secara total sebesar 173 ton atau US$ 31.000.
Data BPS itu memang tak menjelaskan apakah itu garam industri atau garam konsumsi (pasar umum), khusus garam industri memang Indonesia 100% masih impor karena belum bisa diproduksi di dalam negeri.
Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin) Alex Retraubun mengatakan, sepanjang Indonesia tidak dapat memenuhi kebutuhan di dalam negeri, importasi adalah hal yang sah disamping terus meningkatkan produktivitas garam di dalam negeri.
"Sepanjang negara kita belum mampu untuk swasembada garam, impor saja. Nggak apa-apa. Sebab kalau tidak impor, mau gimana? (mencukupi kebutuhan?)," kata Alex saat usai melakukan pertemuan dengan Presiden dan delegasi Republik Tatarstan, di Kantor Kementerian Perindustrian, Jalan Gatot Subroto, Jakarta, Kamis (2/5/2013).
Ia mengaku pemerintah terus mengupayakan agar Indonesia tak lagi ketergantungan impor dalam komoditi apapun. Untuk garam sendiri, ia mengatakan akan mempercepat proyek pembangunan pabrik garam di Nagakeo, NTT, oleh perusahaan asal Asutralia, Cheetam Salt Ltd.
"Langkah pemerintah, kalau kami di Kemenperin kan berusaha untuk ekstensifikasi. Kita dorong supaya investasi Cheetam Salt itu jalan. Dan itu pasti jalan," katanya.
Data BPS menunjukan pada triwulan I-2013 dari diimpor sebesar 465 ribu ton atau senilai US$ 21,5 juta.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikutip detikFinance pada Kamis (2/5/2013), importasi garam terjadi rutin selama 3 bulan pertama tahun ini.
Januari 2013, impor garam terjadi sebesar 156 ribu ton atau US$ 7,7 juta. Kemudian pada Februari impor meningkat menjadi 192 ribu ton atau US$7,9 juta dan Maret sebesar 116 ribu ton atau US$ 5,9 juta.
Ada empat negara yang garamnya paling banyak diimpor oleh Indonesia. Impor terbesar dilakukan dari Australia. Di mana dari negeri Kangguru tersebut garam diimpor sebanyak 370 ribu ton atau US$ 17,3 juta.
Selanjutnya adalah India dengan volume impor 94.500 ton atau US$ 3,9 juta. Jerman ikut memberikan andil impor sebesar 76 ton atau US$ 147 ribu.
Di samping itu ada negara tetangga Singapura yang mencatatkan impor garam di dalam negeri. Ada 6 ton garam atau senilai US$ 52.000 garam dari Singapura.
Selandia Baru mencatatkan nilai impor 120 ton atau US$ 41.000 dan negara lainnya secara total sebesar 173 ton atau US$ 31.000.
Post a Comment