Ade22News ___TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANYA___
Home » » Psikolog Ini Terjun ke Bisnis Alas Kaki & Tas dari Batik dan Songket

Psikolog Ini Terjun ke Bisnis Alas Kaki & Tas dari Batik dan Songket

Ditulis Oleh adeNEWS Pada Hari Tuesday 30 April 2013 | 02:40


Jakarta - Indonesia banyak memiliki karya produk kain seperti batik, songket, tenun dengan berbagai motif. Potensi ini dimanfaatkan oleh Nina, wanita berusia 35 tahun ini jatuh cinta dengan kain Indonesia. Hal ini menjadikan Nina membangun bisnisnya dengan membuat Raiya Butik yang menjual pakaian, tas, alas kaki berbahan dasar batik, songket dan tenun.

Wanita bernama lengkap Maharsi Anindyajati memulai usahanya pada tahun 2009. Wanita yang berprofesi sebagai psikolog itupun mengatakan, titik tolak lahirnya Raiya Butik berawal dari menjual produknya ke teman-temannya.

"Lalu saya mikir kayaknya sayang kalau cuma kain aja. Dan saya mikir bukan baju karena baju udah banyak banget, akhirnya saya mikir tas batik dan alas kaki," kata Nina saat dihubungi detikFinance, Rabu (3/4/2013).

Mulai dari saat itu, tepatnya akhir 2010, Nina memberanikan diri untuk membuat produk tas dan alas kaki yang berbahan dasar kain khas Indonesia seperti jumputan, batik, songket dan jenis kain lainnya.

Pada saat itu, Nina mengangkat 2 orang pekerja yang bertugas masing-masing sebagai pembuat tas dan sepatu. Mendapatkan respons yang baik dari para konsumen, akhirnya usaha Nina berkembang hingga saat ini.

"Karyawan saya asalnya 2, yang bikin tas dan sepatunya. Sekarang Alhamdulillah terakhir untuk tas itu 5 orang, sepatu 3 orang, kemudian untuk operasional dan marketing itu 2 orang. Jadi total itu 10 orang," paparnya.

Dalam sehari butik Raiya yang diadopsi dari nama ketiga anak Nina ini dapat memproduksi hingga 100 tas dan 100 sepatu. Harganya bervariatif, tergantung dari bahan yang digunakan. Untuk 1 tas yang terbuat dari kain batik atau kain lainnya, dan dikombinasikan dengan kulit genuine (ular, domba, sapi) dihargai Rp 600.000-1.500.000. Sedangkan yang dikombinasikan dengan kulit imitasi atau sintetis dihargai Rp 350.000-500.000.

Untuk sepasang sepatu berlabel Raiya, Nina mematok harga Rp 250.000-550.000, tergantung model dan bahan yang digunakan.

Nina mengaku, produknya ini memiliki keunggulan yang mungkin produk lain tidak akan punya. Pasalnya, bahan baku yaitu kain yang didapat Nina adalah klain yang bersifat "limited edition", yang diketahui seperti contoh sebuah kain batik tulis yang hanya dibuat 1 lembar di Indonesia. Pemesan pun diberi penawaran menarik, yaitu bebas memilih menggunakan kain apa dan modelnya.

"Karena custom itu juga bisa jadi one of a kind (unik). Misalnya kalau batik tulis itu aja, itu kan cuma satu atau dua gitu. Nah ketika menjelma menjadi tas atau sepatu, itu bisa menjadi satu-satunya mungkin. Kalau batik saya nggak mau yang printing, tapi yang cap. Kalau tenun juga yang pakai tangan," jelasnya.

Pemasaran yang dilakukan Nina masih banyak bertumpu pada pemasaran online, melalui website, facebook, twitter atau jejaring sosial lainnya. Sayangnya, Nina belum berniat untuk diajak atau mengajak investor lain untuk mengembangkan bisnisnya meskipun usahanya ini memiliki potensi yang sangat besar, dengan alasan masih ingin berbisnis menggunakan modal sendiri.

Pasarnya pun tersebar luas, para konsumen yang membeli produknya bukan hanya dari kalangan dalam negeri saja tapi mancanegara.

"Saya kalau ekspor skala besar itu belum. Konsumen ada yang dari Amerika, Hungaria, Korea, Singapura, India, China, Maroko. Beli perorangan, karena web atau twitter," katanya.

Omset yang didapat Nina dari usaha yang telah ia geluti selama 2 tahun ini mencapai Rp 50 juta/bulan. Dari situ, dia mengambil keuntungan bersih hanya 30% atau sekitar Rp 15 juta. Dia mengaku, tak mengambil keuntungan banyak dari produk yang dijualnya. Namun, ada pesan yang sangat mendalam dari orientasi bisnisnya ini.

"Orientasi saya bukan mengambil keuntungan, tapi membuka lapangan pekerjaan. Nambah terus. Jadi kalau kayaknya orang nanam modal saya takut orientasi saya nggak kesitu lagi. Saya sebenarnya pengen lebih banyak misi sosialnya, karena saya rasa yang namanya uang itu akan mengikuti ya. Kalau keuntungan pribadi sih ada lah kecil-kecilan," kata Nina.

Oleh karena itu, Nina mengaku indikator paling nyata dari perkembangan bisnisnya ini adalah dengan bertambahnya tenaga kerja yang awalnya hanya 2 orang, kini menjadi 10 orang yang terdiri dari 9 orang laki-laki dan 1 wanita.

"Saya ingin menambah orang, tapi saya tetap akan mengandalkan modal sendiri," katanya.

Sebenarnya apa yang membuat seorang psikolog berusia 35 tahun ini terjun ke bisnis tanpa mengesampingkan pekerjaannya? Selain atas dasar ingin membuka lapangan pekerjaan dan melestarikan budaya khas tanah air, Nina mengaku sejak kecil dan semasa remaja, dia memang hobi untuk berjualan, dan pandai melihat peluang.

"Kalau dari kecil saya sudah apa saja saya jualin. Saya SMP saya jual stiker. Ada kenikmatan pribadi kalau bisa menjual sesuatu. Kalau jaman kuliah saya kerjasama sama tukang fotokopi," tutupnya.

Ingin tahu lebih lanjut mengenai produk Raiya Butik? Anda bisa datang ke showroom Raiya di Jalan Rawasari Barat I No 5A, Cempaka Putih Timur, Jakarta Pusat. Atau di No Telepon 021-42875402 dan website www.raiyabutik.com
Copy Berita ini KE :

Post a Comment